Kerajinan dan Kesenian diibaratkan sebagai sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Kedua hal tersebut sangat dimanfaatkan oleh masyarakat tatar sunda sebagai daya dongkrak untuk meningkatkan taraf kehidupan nya. Dari produk kerajinan dan kesenian masyarakat bisa menghasilkan sesuatu yang bersifat komersil.

Kamis, 14 Juli 2016

KESENIAN TARI UMBUL TATAR SUNDA SUMEDANG JAWA BARAT 2016

Tari umbul merupakan tari khas Situraja Kabupaten Sumedang. Pada awalnya Tari Umbul dikenal sebagai tarian dalam pertunujukan Reog, tarian tersebut mengandung unsur erotik dan humoris yang menjadi ciri khasnya. ada juga yang berpendapat bahwa Tari Umbul berasal dari daerah Indramayu, yang dibawa oleh salah seorang seniman bernama Kalsip, kemudian berkembang di daerah Sumedang. Menurut Bapak Dadi (Seniman dan Budayawan Desa Cijeler) Tari Umbul diperkirakan muncul pada tahun 1940, Tari Umbul berkembang di Desa Pasireungit, Kecamatan Paseh melalui sebuah perkumpulan seni yang dinamakan Seni Umbul Pangreka Budi. Selain di Kecamatan Paseh, Tari Umbul juga tumbuh di Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang.
Tari Umbul yang tumbuh di kecamatan Situraja berhasil menciptakan rekor muri mengerahkan sebanyak 2012 orang penari yang berasal dari 9 desa termasuk penari dari Desa Cijeler dan dipentaskan di Alun-alun Sumedang pada Tanggal 20 Mei 2012 di Alun-alun Sumedang. berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dadi selaku seniman Desa Cijeler ”Jumlah penari yang mencapai 2012 orang itu mengandung filosofi dengan tahun 2012, sedangkan jumlah pemukul dog-dog yang berjumlah 20 orang itu mengikuti tanggal pelaksanaan tanggal dan penabuh bedug lima orang itu filosofinya pada bulan kelima,”
Ciri khas Tari Umbul yaitu gerakan pinggulnya yang erotis, hal tersebut mendapatkan pro dan kontra dari masyarakat, karena dianggap terlalu vulgar sehingga timbul permasalahan yang tidak diinginkan, oleh karena itu, pada tahun 1994 Tari Umbul mengalami kevakuman. Namun dalam waktu yang tidak terlalu lama Tari Umbul muncul kembali bahkan berkembang dengan baik, dikarenakan adanya pengurangan unsur erotis yang terdapat dalam Tari Umbul, dan fungsi sebagai sarana ritual sudah tidak digunakan lagi, sehingga masih bertahan dan tetap digemari oleh masyarakat Desa Cijeler. Hal ini dimaksudkan karena Tari Umbul penampilannya sudah lebih baik bahkan kini sering disajikan pada acara pernikahan, khitanan, 17 Agustus maupun dalam event-event besar keparawisataan. Dimana wisatawan yang melihat pertunjukan tersebut bukan hanya dari dalam negeri melainkan dari luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar